KONTAN.CO.ID - Kain perca alias kain sisa dari
produksi pakaian di konveksi, jika hanya dibiarkan hanya akan
menggunung. Kain berukuran kecil dengan bentuk yang relatif tak
beraturan sering berakhir di tempat sampah.
Namun, di tangan
orang-orang kreatif, kain-kain sisa ini diubah menjadi barang bernilai
ekonomi tinggi. Keunikan dan keindahan produknya akan mengundang respon
pasar yang positif.
Seperti Netty Lukman yang juga
memanfaatkan kain perca batik untuk produksi beragam aksesoris,
seperti, bros, penjepit rambut, kalung, sampai dengan tas.
Lewat
Tangan Ketjilkoe (ig : @tanganketjilkoe), Netty mengawali usaha kreatifnya ini pada tahun 2017
lalu. Sebelumnya, perempuan berusia 40 tahun ini memang sudah akrab
membuat aneka aksesoris.
Membuat tampilan yang tidak biasa, Netty memadukan teknik lipat kain Jepang (kanzashi) dengan kain batik yang dikombinasikan dengan berbagai material tambahan, mulai dari bebatuan sampai logam.
Proses
pembuatan yang hanya mengandalkan ketrampilan tangan dengan tuntutan
detail rapi membuat kapasitas produksinya cukup terbatas. Dalam sebulan,
produksi Tangan Ketjilkoe hanya mencapai sekitar 50-60 unit. Sampai
sekarang, Netty mengerjakan seluruh proses pembuatan sendiri. "Saya
belum mendapatkan orang yang pas dengan saya, karena teknik ini
membutuhkan konsentrasi dan telaten," terangnya.
Untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku, Netty sering berburu kain batik perca
dari Solo, Jawa Tengah. Dalam sebulan, total kebutuhannya hanya sekitar 1
kilogram.
Bak keruntuhan durian, produk buatannya laris manis
diborong konsumen dalam dan luar negeri. Seperti dari Jakarta, Medan dan
Surabaya. Ada pula konsumen dari Amerika Serikat.
Harga dipatok
cukup terjangkau mulai dari Rp 35.000 sampai Rp 245.000 per item.
Sayang, dia enggan menyebutkan total keuntungan yang dikantonginya.
Kendala
bisnis yang dihadapinya kini adalah harga beli bahan baku yang tidak
stabil. Alhasil, dia harus rela menekan porsi keuntungan dikala harga
tinggi.
Meski persaingan sudah terasa ketat, ibu satu anak ini
tetap tak khawatir. Dengan menjaga kualitas produk, memberikan desain
yang baru dan berbeda, dia percaya usahanya akan tetap berjalan baik.
Kedepan,
dia berharap dapat mengirimkan produknya secara langsung ke luar
negeri. Karena, sampai sekarang dia hanya mengandalkan pelanggan luar
negeri yang berburu produk kreatif ke Indonesia.
Sekedar info,
Netty mendapatkan ketrampilan lipat kain Jepang secara otodidak. Saluran
internet menjadi media referensi dan belajarnya. Selain menjadi
enteprenur, dia juga aktif mengajar ketrampilan kanzashi.
Sumber : www.kontan.co.id
No comments:
Post a Comment