Tuesday, October 9, 2018

Lewat kreasi kain perca, Tangan Ketjilkoe tembus pasar dunia

KONTAN.CO.ID - Kain perca alias kain sisa dari produksi pakaian di konveksi, jika hanya dibiarkan hanya akan menggunung.  Kain berukuran kecil dengan bentuk yang relatif tak beraturan sering berakhir di tempat sampah.

Namun, di tangan orang-orang kreatif, kain-kain sisa ini diubah menjadi barang bernilai ekonomi tinggi. Keunikan dan keindahan produknya akan mengundang respon pasar yang positif.   




Seperti Netty Lukman yang juga memanfaatkan kain perca batik untuk produksi beragam aksesoris,  seperti, bros, penjepit rambut, kalung, sampai dengan tas.

Lewat Tangan Ketjilkoe (ig : @tanganketjilkoe), Netty mengawali usaha kreatifnya ini pada tahun 2017 lalu. Sebelumnya, perempuan berusia 40 tahun ini memang sudah akrab membuat aneka aksesoris.

Membuat tampilan yang tidak biasa, Netty memadukan teknik lipat kain Jepang (kanzashi) dengan kain batik yang dikombinasikan dengan berbagai material tambahan, mulai dari bebatuan sampai logam.

Proses pembuatan yang hanya mengandalkan ketrampilan tangan dengan tuntutan detail rapi membuat kapasitas produksinya cukup terbatas. Dalam sebulan, produksi Tangan Ketjilkoe hanya mencapai sekitar 50-60 unit. Sampai sekarang, Netty mengerjakan seluruh proses pembuatan sendiri. "Saya belum mendapatkan orang yang pas dengan saya, karena teknik ini membutuhkan konsentrasi dan telaten," terangnya.  

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, Netty sering berburu kain batik perca dari Solo, Jawa Tengah. Dalam sebulan, total kebutuhannya hanya sekitar 1 kilogram.

Bak keruntuhan durian, produk buatannya laris manis diborong konsumen dalam dan luar negeri. Seperti dari Jakarta, Medan dan Surabaya. Ada pula konsumen dari Amerika Serikat.

Harga dipatok cukup terjangkau mulai dari Rp 35.000 sampai Rp 245.000 per item. Sayang, dia enggan menyebutkan total keuntungan yang dikantonginya.

Kendala bisnis yang dihadapinya kini adalah harga beli bahan baku yang tidak stabil. Alhasil, dia harus rela menekan porsi keuntungan dikala harga tinggi.

Meski persaingan sudah terasa ketat, ibu satu anak ini tetap tak khawatir. Dengan menjaga kualitas produk, memberikan desain yang baru dan berbeda, dia percaya usahanya akan tetap berjalan baik.

Kedepan, dia berharap dapat mengirimkan produknya secara langsung ke luar negeri. Karena, sampai sekarang dia hanya mengandalkan pelanggan luar negeri yang berburu produk kreatif ke Indonesia.

Sekedar info, Netty mendapatkan ketrampilan lipat kain Jepang secara otodidak. Saluran internet menjadi media referensi dan belajarnya. Selain menjadi enteprenur, dia juga aktif mengajar ketrampilan kanzashi

Sumber : www.kontan.co.id

No comments:

Post a Comment