Wednesday, September 24, 2014

Jalan-jalan Museum - Part 2

Ceritanya Sabtu kemarin/20 September 2014, saya (kembali) mengantar istri yang ingin ke Asemka, untuk berbelanja kebutuhan ulang tahun anak (anak saya sebentar lagi ulang tahun lho...).

Seperti biasa, skenario masih sama dengan perjalanan trip ke museum yang pertama, yaitu saya dan anak saya akan jalan-jalan di seputar kota tua dan istri pergi sendiri belanja ke Asemka. Alasannya pun juga masih sama, kasihan sama anak (4th) untuk berpanas-panas dan berhimpit-himpit ria di Asemka.

Kita pun berpisah tepat di depan museum Mandiri, istri ke kiri (arah Asemka), saya dan anak saya ke kanan (arah Kota Tua).
Karena trip museum yang pertama saya sudah berkunjung ke museum Bank Mandiri dan museum Bank Indonesia, maka saya memutuskan untuk langsung ke museum Sejarah Jakarta atau yang lebih dikenal dengan museum Fatahillah.

Museum Sejarah Jakarta/Fatahillah,
Apabila ingin masuk ke museum ini, kita dikenakan retribusi sebesar :
   Dewasa        - Rp 5000,-
   Mahasiswa   - Rp 3000,-
   Anak/Pelajar - Rp 2000,-
Yang menarik dari museum ini, ketika kita masuk....kita diharuskan untuk mengganti alas kaki kita.
Jadi kita akan diberi sendal khusus (seperti sendal hotel), yang harus kita gunakan untuk berkeliling di komplek museum.
Tujuannya (mungkin, asumsi saya), 
agar tidak merusak lantai museum yang sebagian besar terbuat dari kayu.
Kesan (menurut yang saya rasakan),
Kurang menarik, karena dari sebagian besar isinya hanya berupa batu tulis/nisan/prasasti dan perlengkapan rumah tangga (lemari, tempat tidur, lukisan, cermin, dll). Dan kondisinya kurang terawat.



Setelah selesai dari museum Fatahillah, tujuan berikutnya adalah museum Seni Rupa dan Keramik.
Di museum ini kita juga akan dikenakan retribusi, tapi di museum ini hanya saya saja yang dikenakan retribusi (sebesar Rp 5000,-), anak saya gratis.
Isi museum ini adalah sudah pasti koleksi keramik dari peninggalan masa lampau sampai sekarang, yang sangat mempengaruhi model/bentuk keramik yang berada di Indonesia.



Selesai dari museum Keramik, saya meneruskan kembali ke museum Wayang.
Di museum ini kembali kita diharuskan untuk membayar retribusi sebesar Rp 5000 untuk dewasa, dan anak saya gratis.
Menurut saya, museum ini cukup menarik....
Karena saya bisa melihat/mengenang kembali masa kecil saya, karena salah satu koleksi wayang yang ada di museum Wayang ini adalah "Si Unyil".
Di sesi terakhir sebelum keluar dari gedung museum, ada 1 area untuk menjual souvenir berupa mainan wayang-wayang-an khas Indonesia.





Selesai sudah keliling museum yang ada di area Kota Tua, tapi sampai saat itu saya belum mendapat kabar dari istri.
Sehingga saya memutuskan untuk melanjutkan ke museum Bank Mandiri dan museum Bank Indonesia (lagi).
Sampai selesai keliling museum Bank Mandiri dan Bank Indonesia, istri juga belum kunjung memberi kabar.....bingung juga mau kemana lagi, satu sisi saya sudah mulai lelah dan lapar (maklum waktu sudah menunjukan jam 14.00), dan anak sudah bosan.
Tapi save by the bell, akhirnya istri telepon juga dan memberi kabar bahwa dia sudah selesai, dan akan menyusul ke museum Bank Mandiri.

Akhirnya kami ber-3 kembali berkumpul, alangkah kaget nya saya waktu melihat hasil belanjaan istri......buanyaaak banget, saya aja bingung kok dia bisa bawa barang segitu banyak.
Akhirnya tanpa membahas lebih panjang, saya meminta untuk segera mencari tempat makan, karena sudah sangat lapar.

Aktifitas keliling dan mengunjungi "semua" museum yang ada di area Kota Tua part 2, selesai sudah.


Pendapat/komentar saya :

1. Jujur, sebagai orang yang sudah tinggal di Jakarta selama hidup saya, 35th.....baru kali ini saya berkunjung ke museum-museum tersebut.

2. Pandangan saya selama ini salah, bahwa peminat/pengunjung ke museum sebenarnya cukup banyak, tidak hanya orang dewasa saja, tapi pelajar/anak-anak sebenarnya juga banyak.
Hanya saja, kalau saya perhatikan....memang secara kasat mata, mereka dari kalangan menengah-bawah semua.
Jadi yang perlu digerakan "hati" nya adalah masyarakat golongan menengah-atas.

3. Sebaiknya pemerintah kota Jakarta lebih memperhatikan museum-museum yang ada, karena isi nya adalah koleksi barang-barang yang memiliki nilai sejarah yang tak ternilai.
Akan sangat disayangkan apabila koleksi tersebut tidak dipelihara dengan baik.
Contoh yang sangat baik, adalah museum Bank Indonesia.

4. Next target adalah Galeri Indonesia Kaya dan Museum Nasional/Gajah.


Selamat menikmati perjalanan museum anda.

2 comments:

  1. gak ikutan komunitas pecinta museum? atau sahabat museum ... banyak loh museum yg blon ter-explore .... seperti museum layangan (eh, udah ya?), atau museum di depannya akper fatmawati .. ada tuh .. gue lupa namanya ... apa lagi ya .. lupa .. hehehe ...

    ReplyDelete
  2. Baru sejauh memantaw di dunia maya doang Jo, gw follow Komunitas Historia nya Asep Kambali....
    Itu namanya museum uang Jo, iya yang deket-deket aja belum ter-explore :)

    Apa kabar bu?

    ReplyDelete